TUBAN, Radar Pantura – Di saat banyak wilayah lain menjerit karena kelangkaan dan harga pupuk subsidi yang melonjak, petani di Dusun Bogor, Desa Betikharjo, Kecamatan Semanding, Tuban, justru tersenyum puas. Mereka secara lantang mengapresiasi kelancaran penyaluran pupuk urea bersubsidi. Kunci suksesnya? Sebuah model distribusi yang menempatkan transparansi dan gotong royong sebagai pilar utama, menjadi percontohan nyata yang layak ditiru oleh seluruh daerah.
Narasi sukses ini terungkap setelah tim investigasi turun langsung ke lapangan. Warga, mulai dari ketua RT, ketua RW, kepala dusun, hingga perwakilan kelompok tani (poktan), kompak bersaksi bahwa proses distribusi di wilayah mereka sangat terbuka. Setiap pengiriman pupuk ke kios penyalur selalu diinformasikan secara detail, mulai dari kuota, jumlah, hingga jadwal. "Setiap kali ada pengiriman pupuk, kami selalu diajak musyawarah. Poktan dilibatkan penuh. Kami tahu persis berapa kuota yang masuk dan harganya berapa," ungkap seorang tokoh masyarakat bangga.
Transparansi ini bukan hanya sekadar basa-basi, melainkan implementasi nyata dari Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2022. Dengan mekanisme ini, harga pupuk urea di Dusun Bogor tetap stabil, sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. "Kami tidak pernah merasa dirugikan. Pupuk yang seharusnya membantu petani benar-benar sampai ke tangan kami dengan harga yang wajar," kata seorang petani, menegaskan bahwa bantuan pemerintah benar-benar dinikmati oleh pihak yang membutuhkan.
Kepala Dusun dan pengurus poktan berkomitmen untuk terus menjaga komunikasi yang terbuka. Mereka percaya, model gotong royong ini tidak memberikan celah sedikit pun bagi penyimpangan. Penyaluran pupuk subsidi di Dusun Bogor, Desa Betikharjo, kini menjadi bukti konkret bahwa tata kelola yang baik, didukung oleh sinergi kuat antara masyarakat dan penyalur, adalah solusi jitu untuk mengatasi persoalan klasik pupuk subsidi yang kerap terjadi di banyak daerah. (Red/Team)